"Bahasa Inggris" memang
telah menjadi kurikulum wajib yang harus dipelajari di sekolah ataupun di awal
masuk menjadi mahasiswa. Tidak bisa dipungkiri bahwa bahasa inggris sekarang
menjadi bahasa wajib yang harus dikuasai oleh kita semua karena dalam kehidupan
sehari-hari, mau tidak mau ya... kita memang sering bertemu sama bahasa asing
ini. Coba aja bayangkan, kalau ada komputer yang memakai bahasa indonesia untuk
seluruh program dan petunjuknya. Kita nggak perlu capek-capek buat belajar
Bahasa Inggris kan?
Nah...menyinggung masalah bahasa inggris, ada salah satu rekomendasi buat kalian-kalian yang mau belajar bahasa inggris serasa belajar kesenian. Di tempat inilah belajar bahasa inggris menjadi tidak terlalu menakutkan karena gurunya yang killer atau karena grammarnya yang njelimet. Yap...!!! Kampung Inggris yang terletak di Pare. Bisa menjadi salah satu solusi bagi teman-teman yang ingin belajar bahasa inggris dengan suasana yang menyenangkan.
Perlu diketahui bahwa kampung inggris ini sebenarnya tidak terlalu populer di Jawa Timur, akan tetapi tiap bulannya banyak pelajar, mahasiswa, karyawan, bahkan dosen yang umumnya datang dari luar Pare untuk menimba ilmu disini.
Dan ternyata, kampung Inggris memang populer di kalangan akademisi. Banyak yang mengenal Kampung Inggris ini dari mulut ke mulut, artikel di blog, senior atau teman yang pernah belajar disini. Kalau boleh “meluruskan” sedikit, sebenarnya istilah kampung inggris harusnya sudah tidak berlaku lagi disana. Mungkin penamaan kampung sendiri karena awalnya disana memang sebuah kampung yang kemudian sekarang berubah menjadi pusat kursusan. Kalau dilihat dari suasana sih, nggak kampung-kampung banget ya. Soalnya untuk akses ke alun-alun dan ATM lumayan mudah, dan sudah banyak minimarket, meskipun alfamart atau indomaret belum ada di sekitar kursusan. Warnet dan tempat nge-print juga ada, meskipun harga sekali nge-print bisa dibilang relatif mahal kalau dibandingkan di sekitar kampus.
-Mau Makan Apa?-
Banyak yang bilang relatif murah disana, karena masih masuk standar Jawa Timur. Tapi, kalau menurut saya pribadi, harus pinter-pinter milih tempat makan sama jenis makanannya apa. Beda tempat makan, harga juga beda. Beda menu makan yang dipilih, juga jelas beda harga. Menurut saya, harga makanan disini lengkap. Mau pilih makanan yang harganya paling murah sampai yang termahal sudah tersedia disini. Nggak jauh beda sama harga makanan di sekitar kampus Dramaga, Bogor. Pengalaman saya ketika tinggal di camp, pernah beli makan di ibu penjaga camp tersebut. Dan semua jenis makanan, disamaratakan harganya 5000-an. Jadi klo dapet ayam kecil atau gede, ya sama harganya. Kalau nggak mau rugi, ya mendingan wisata kuliner aja, jadi bisa tau mana tempat makan yang menunya enak tapi harganya murah.
-Masalah transportasi di pare-
Tidak usah khawatir bagi yang tidak membawa kendaraan pribadi. Disana sudah banyak tempat penyewaan sepeda yang biasanya dibandrol dengan harga dari 40.000-100.000-an/bulannya. Kembali lagi ke selera, harga sepeda sudah sesuai sama merk dan kondisi sepeda yang akan disewa. Pengalaman saya sendiri, karena si ibu camp sudah kenal sama tempat penyewaan sepedanya, jadi langsung ditunjukkin ke tempat sewa sepeda punya tetangganya. Dan saya membayar 60.000/bulan untuk sepeda keranjang dengan kondisi yang bisa dibilang “termurah” di antara yang termahal.
Menurut cerita teman sekursusan, sepeda yang saya sewa itu bisa di dapat dengan harga 40.000/bulan. Whaaat??? Yah.. sudah terlanjur menyewa. Kejadian ban bocor juga sering terjadi di saat menyewa sepeda. Dan ini merupakan kewajiban tempat sewa untuk memperbaiki. Jadi, jangan sungkan-sungkan untuk menukarkan sepeda sewaan yang tidak memuaskan, dan jangan mau kalau disuruh memperbaiki sendiri kalau misalkan terjadi sesuatu yang tidak terduga pada sepeda sewaan.
-Tempat Wisata-
Tempat wisata yang paling terkenal di Kediri ya, Gunung Kelud bagi yang suka hiking. Ada juga Simpang 5 Gumul. Kalau tempat wisata yang lain, saya kurang begitu paham karena selama satu bulan di Pare, tidak sempat jalan-jalan karena jadwal kursusan yang padat, selain itu bertepatan dengan Bulan Ramadhan. Sebenarnya banyak teman-teman yang menyempatkan ke Malang, atau bahkan ke Bromo, kalau di kursusannya ada paketan wisatanya.
Bagi saya sendiri yang nggak ngambil paketan, ya terpaksa harus punya inisiatif sendiri buat jalan-jalan. Jarak Pare-Malang adalah 2 jam perjalanan lancar. Karena rute yang ditempuh adalah jalur Batu yang berkelok-kelok, jadi siapkan permen atau air minum bagi yang gampang ‘Mual’. Sebenarnya view selama perjalanan pare-malang sangat menarik, karena suasana pegunungan yang banyak pohon dan asri, tapi karena jalanan yang berkelok inilah membuat saya tidak bisa menikmati pemandangan karena harus tidur sepanjang perjalanan.
-Tempat Oleh-Oleh-
Oleh-oleh khas Kediri, yang saya tahu adalah getuk pisang, kripik tahu, tahu takwa (warna kuning), dan Tahu Pong. Untuk Getuk pisang, kripik tahu, dan tahu takwa, bisa dibeli di toko oleh-oleh di sekitar tempat kursusan. Harganya relatif terjangkau untuk kalangan pelajar dan mahasiswa. Untuk getuk pisang sendiri dibrandol dengan harga 3000/buahnya. Sedangkan untuk tahu pong sendiri, bisa didapatkan di pusat oleh-oleh di Kediri.
Tertarik ke Kampung Wisata Bahasa Pare ????
Nah...menyinggung masalah bahasa inggris, ada salah satu rekomendasi buat kalian-kalian yang mau belajar bahasa inggris serasa belajar kesenian. Di tempat inilah belajar bahasa inggris menjadi tidak terlalu menakutkan karena gurunya yang killer atau karena grammarnya yang njelimet. Yap...!!! Kampung Inggris yang terletak di Pare. Bisa menjadi salah satu solusi bagi teman-teman yang ingin belajar bahasa inggris dengan suasana yang menyenangkan.
Perlu diketahui bahwa kampung inggris ini sebenarnya tidak terlalu populer di Jawa Timur, akan tetapi tiap bulannya banyak pelajar, mahasiswa, karyawan, bahkan dosen yang umumnya datang dari luar Pare untuk menimba ilmu disini.
Dan ternyata, kampung Inggris memang populer di kalangan akademisi. Banyak yang mengenal Kampung Inggris ini dari mulut ke mulut, artikel di blog, senior atau teman yang pernah belajar disini. Kalau boleh “meluruskan” sedikit, sebenarnya istilah kampung inggris harusnya sudah tidak berlaku lagi disana. Mungkin penamaan kampung sendiri karena awalnya disana memang sebuah kampung yang kemudian sekarang berubah menjadi pusat kursusan. Kalau dilihat dari suasana sih, nggak kampung-kampung banget ya. Soalnya untuk akses ke alun-alun dan ATM lumayan mudah, dan sudah banyak minimarket, meskipun alfamart atau indomaret belum ada di sekitar kursusan. Warnet dan tempat nge-print juga ada, meskipun harga sekali nge-print bisa dibilang relatif mahal kalau dibandingkan di sekitar kampus.
-Mau Makan Apa?-
Banyak yang bilang relatif murah disana, karena masih masuk standar Jawa Timur. Tapi, kalau menurut saya pribadi, harus pinter-pinter milih tempat makan sama jenis makanannya apa. Beda tempat makan, harga juga beda. Beda menu makan yang dipilih, juga jelas beda harga. Menurut saya, harga makanan disini lengkap. Mau pilih makanan yang harganya paling murah sampai yang termahal sudah tersedia disini. Nggak jauh beda sama harga makanan di sekitar kampus Dramaga, Bogor. Pengalaman saya ketika tinggal di camp, pernah beli makan di ibu penjaga camp tersebut. Dan semua jenis makanan, disamaratakan harganya 5000-an. Jadi klo dapet ayam kecil atau gede, ya sama harganya. Kalau nggak mau rugi, ya mendingan wisata kuliner aja, jadi bisa tau mana tempat makan yang menunya enak tapi harganya murah.
-Masalah transportasi di pare-
Tidak usah khawatir bagi yang tidak membawa kendaraan pribadi. Disana sudah banyak tempat penyewaan sepeda yang biasanya dibandrol dengan harga dari 40.000-100.000-an/bulannya. Kembali lagi ke selera, harga sepeda sudah sesuai sama merk dan kondisi sepeda yang akan disewa. Pengalaman saya sendiri, karena si ibu camp sudah kenal sama tempat penyewaan sepedanya, jadi langsung ditunjukkin ke tempat sewa sepeda punya tetangganya. Dan saya membayar 60.000/bulan untuk sepeda keranjang dengan kondisi yang bisa dibilang “termurah” di antara yang termahal.
Menurut cerita teman sekursusan, sepeda yang saya sewa itu bisa di dapat dengan harga 40.000/bulan. Whaaat??? Yah.. sudah terlanjur menyewa. Kejadian ban bocor juga sering terjadi di saat menyewa sepeda. Dan ini merupakan kewajiban tempat sewa untuk memperbaiki. Jadi, jangan sungkan-sungkan untuk menukarkan sepeda sewaan yang tidak memuaskan, dan jangan mau kalau disuruh memperbaiki sendiri kalau misalkan terjadi sesuatu yang tidak terduga pada sepeda sewaan.
-Tempat Wisata-
Tempat wisata yang paling terkenal di Kediri ya, Gunung Kelud bagi yang suka hiking. Ada juga Simpang 5 Gumul. Kalau tempat wisata yang lain, saya kurang begitu paham karena selama satu bulan di Pare, tidak sempat jalan-jalan karena jadwal kursusan yang padat, selain itu bertepatan dengan Bulan Ramadhan. Sebenarnya banyak teman-teman yang menyempatkan ke Malang, atau bahkan ke Bromo, kalau di kursusannya ada paketan wisatanya.
Bagi saya sendiri yang nggak ngambil paketan, ya terpaksa harus punya inisiatif sendiri buat jalan-jalan. Jarak Pare-Malang adalah 2 jam perjalanan lancar. Karena rute yang ditempuh adalah jalur Batu yang berkelok-kelok, jadi siapkan permen atau air minum bagi yang gampang ‘Mual’. Sebenarnya view selama perjalanan pare-malang sangat menarik, karena suasana pegunungan yang banyak pohon dan asri, tapi karena jalanan yang berkelok inilah membuat saya tidak bisa menikmati pemandangan karena harus tidur sepanjang perjalanan.
-Tempat Oleh-Oleh-
Oleh-oleh khas Kediri, yang saya tahu adalah getuk pisang, kripik tahu, tahu takwa (warna kuning), dan Tahu Pong. Untuk Getuk pisang, kripik tahu, dan tahu takwa, bisa dibeli di toko oleh-oleh di sekitar tempat kursusan. Harganya relatif terjangkau untuk kalangan pelajar dan mahasiswa. Untuk getuk pisang sendiri dibrandol dengan harga 3000/buahnya. Sedangkan untuk tahu pong sendiri, bisa didapatkan di pusat oleh-oleh di Kediri.
Getuk Pisang |
Tahu Pong |
Kripik Tahu |
No comments:
Post a Comment