Selama belajar TOEFL satu bulan di Pare, aku nggak melewatkan kesempatan buat keliling kota Kediri. Sebenarnya bukan mengelilingi kota Kediri, cuman kebetulan diajakin sama teman satu kelas TOEFL buat jalan-jalan sebelum pulang ke rumah masing-masing. Yah….beginilah cerita penuntut ilmu. Akan kenalan dan punya banyak teman yang asalnya dari mana-mana .
Mencari ilmu di tempat yang asing sangatlah menyenangkan,disamping kita mendapatkan tujuan utama kita, di tempat yang baru kita bisa memahami adat istiadat masyarakat disana, atau menemukan sesuatu yang unik dan aneh, yang tidak bisa kita dapatkan klo Cuma stagnan di tempat asal kita . Ceritanya nih, aku dan teman-temanku satu kelas baru mengenal secara intens pada saat terakhir. Kenapa pada saat terakhir?? Karena kita akrab di akhir program . Padahal selama satu bulan intensif belajar TOEFL, setiap hari ada dua kali pertemuan membahas soal structure, reading, bahkan listening. Selain itu, setiap selasa, kamis, dan sabtu diadakan scoring prediction TOEFL.
Menurut pendapat anak yang mengambil program lain, anak di kelas TOEFL terlalu serius sampai-sampai nggak kerasa program satu bulan begitu cepat berlalu . Memang iya si, karena terlalu sibuk sama targetan scoring TOEFL yang ingin dicapai, jadi ya pada sibuk belajar (padahal klo aku belajar pas mau scoring aja, dan walhasil targetan TOEFL 550 nggak tercapai).
Awalnya rencana main ke Kediri ada dua pilihan, pertama ke Gunung Kelud dan yang kedua ke Gumul. Dan akhirnya diputuskan buat ke Gumul. Menurut cerita anak sekamarku yang asli Kediri, di Gumul itu tempatnya kayak di dataran tinggi, bisa lihat kota Kediri dari atas (dalam bayanganku, Gumul ku umpamakan kayak Puncak, Bogor). Akhirnya, anak TOEFL yang mau ikutan, (setelah di data-data) ada kurang dari 10 orang termasuk aku. Lah….
Kebanyakan alasannya sih, mepet sama tanggal pulang, ada yang udah pulang sebelum program malahan, dan kebetulan pas kemaren aku sebulan di Kediri pas bulan Ramadhan. Ya udahlah , daripada nggak jadi sama sekali, mendingan berangkat seadanya orang kan. Lagian aku udah pengen banget ke Gumul,dan aku nggak sanggup ngebayangin klo seandainya rencana buat jalan-jalan ke Kediri gagal .
Oh ya, sebelum diputuskan untuk nyewa angkot, sebenernya kita-kita punya rencana buat naik odong-odong (odong-odongnya bukan kuda-kudaan kecil Rp 1000,-an yah ). Odong-odong disana itu semacam kereta mini yang isinya 10-12 orang. Kan seru tuh klo naik odong-odong sambil menikmati kota Kediri.
Tapi akhirnya rencana naik odong-odong kandas di tengah jalan . Ternyata pak polisi tidak mengijinkan odong-odong sampai berkeliaran ke kota, dan klo tetap memaksa, besar kemumgkinan untuk ditilang. Yah…daripada bayar tilang, mendingan bisa buat beli jajan di gumul,,…
Itu alasan pertama. Alasan yang kedua, aku dapet cerita dari anak kamar klo anak kelasnya juga memakai jasa odong-odong tiga minggu sebelum aku dan kelasku punya rencana naik odong-odong. Dia dan temen-temennya juga ke Gumul waktu itu, nah sebelum berangkat, biasanya sopir memeriksa kondisi odong-odong. Maklum, perjalanan 1 jam pare-kediri akan menjadi 3 jam klo naik odong-odong . Ceritanya, baik penumpang maupun sopir odong-odong sudah menyadarisesuatu yang nggak bener. Ada satu ban odong-odong yang tampaknya “akan lepas”.
Jelasnya ada yang nanya lah, “Pak, ban nya kayaknya mau lepas tuh!”. Jawaban si bapak, “Tenang aja mas, masih belum lepas kok.”.
Nah lho….
Akhirnya, mereka pasrah juga, dan di tengah jalan kejadian “ban lepas” tidak dapat dihindari . Dan mereka harus nunggu angkot carteran lagi selama 3 jam !! Untungnya nggak disuruh bayar buat angkot “penolong”.
-Kembali ke Gumul-
Akhirnya berangkatlah rombongan kecil kelas TOEFL ke Gumul. Sesampainya disana, ternyata Gumul tidak seperti bayanganku. Nggak tau harus kecewa atau seneng . Tapi yah… yang penting rame-ramean lah ya. Di Gumul, memang banyak pedagang yang berjualan makanan, aksesoris, permainan anak kecil, ya semacam pasar malem. Tapi nggak serame di Dufan (Loh…). Setelah berbuka puasa dan sholat, akhirnya kami bergerilya mencari makanan kuliner khas Gumul (soalnya kalo kalian mau nyari makanan khas Kediri, jelas nggak ada di Gumul).
Setelah puas kuliner, kami berjalan ke suatu gerbang. Awalnya ku kira gerbang masuk museum, eh tapi ternyata setelah masuk, ada lorong dan banyak tangga yang menuju ke atas.
Pintu masuk ke Tugu |
salah satu sisi tugu |
masih di sisi yang sama |
suasana malam di depan tugu |
sisi kedua tugu |
sisi ketiga |
patung GAnesha |
“See U on The Top” .
No comments:
Post a Comment