Selamat Datang - Welcome to My Blog - 어서오세요 여러분 - أَهْلَنْ وَسَهْلَنْ

Wednesday, April 18, 2012

“Cerita di Balik Bus 213”


Tidak terasa, sudah sebulan aku tinggal di kota Metropolitan, Jakarta. Awalnya sempat merasa berat untuk tinggal lebih lama di ibukota Indonesia ini. Tapi, berbagai cerita dan pengalaman yang amat mengesankan, tanpa ku sadari telah menjadi bagian dari hidupku di Jakarta.
Sebenarnya, apa sih enaknya tinggal di kota yang ramai kayak Jakarta? Berangkat macet, pulang juga macet. Waktu yang harusnya banyak digunakan untuk bersantai malah habis di jalan. Air bersih juga susah, dan airnya nggak segar kayak di Bogor. Satu hal yang kurang bisa ditoleransi sebagai fresh graduate adalah harga makanan yang mahalnya bisa 3x lipat dibandingkan makanan di sekitar kampus. Beraaaat euy… tapi ya mau gimana lagi, masa nggak makan karena harga yang lebih mahal.
http://www.emocutez.com
Banyak faktor yang membuat aku merasa berat sebenarnya untuk tinggal di Jakarta. Salah satunya adalah kondisi angkutan umum seperti Busway, kopaja, metro mini, bianglala, bajaj, bemo, taksi, and etc. Satu bulan di Jakarta sudah cukup untuk merasakan berbagai fasilitas angkutan umum yang sudah aku sebutkan di atas. Salah satu angkutan umum yang ingin aku ceritakan adalah bus 213 rute Kampung Melayu-Grogol.  Salah satu alasan aku menggunakan jasa angkutan bus ini adalah, harga tiketnya yang murah, cepat sampai, dan bus ini adalah satu-satunya yang melewati Jalan Sudirman kalau naik dari Grogol, dibandingkan dengan busway  yang harus transit dan ngantrinya yang lama.

Karena rutenya yang panjang dan harganya murah inilah banyak orang yang berebut untuk naik bus ini. Para penumpang harus rela berdesak-desakan hanya karena ingin masuk ke dalam bus. Karena tidak ada pilihan lain yang lebih baik, akhirnya bus 213 inilah yang akhirnya menjadi angkutan wajib kalau pulang dari Sudirman. Mungkin banyak yang belum tahu bagaimana keadaan yang sebenarnya tentang bus 213 ini.
Dimulai dari ciri-ciri fisik bus ini yang berwarna dasar putih, dengan garis orange di sepanjang badan bus. Bagian depan bus ini hampir mirip dengan kopaja AC, tapi yang membedakan adalah angka bus di bagian depan yaitu 213. Ada seniorku yang malahan melesetin kalau 213 itu sebenarnya adalah singkatan dari “penumpangnya 2, yang 13 itu semuanya copet”.
http://www.emocutez.com Awalnya sih, sempat percaya… tapi setelah membuktikan sendiri, semuanya ya penumpang, yang lainnya kondektur sama kernetnya. Kalau masalah copet si, udah umum.. jadi waspada diri sendiri aja. Bagian dalam bus ini, sampai ada 3 garis besi yang sudah disediakan untuk penumpang yang banyak dan berdiri.
Salah satu kejadian yang kurang mengenakkan adalah pada suatu pagi, aku dan temanku menunggu bus ini di halte depan Taman Anggrek. Setelah menunggu lama, akhirnya datang juga bus yang ditunggu-tunggu. Kebiasaan bus 213 ini kalau lewat depan Taman Anggrek, pasti nggak mau menepi di dekat halte, dan bus ini tetap aja di tengah dimana kondisi kendaraan pada saat itu rame. Karena nggak ada pilihan lain, akhirnya aku berdua sama temanku memberanikan diri untuk membelah lautan kendaraan yang ramai di pagi hari. Sebelum naik, bus ini memang agak pelan, tapi setelah kami hampir sampai di pintu, eh.. malah tancap gas. Nggak ngerti deh, maksudnya sopir itu apa.. kenapa nggak bisa sabar sedikit buat nunggu penumpang naik. Kebayang dong, kami-kami di tengah jalan dengan kondisi kendaraan yang rame, tepat di sebelah jalur busway. http://www.emocutez.com
Akhirnya, dengan rasa malu yang udah telat, aku dan temanku nyebrang jalan lagi menuju halte. Ingin rasanya menangis karena malu, tapi ini Jakarta… aku nggak boleh lemah dan cengeng. Akhirnya, ku putuskan untuk naik busway, meskipun nantinya harus berjalan lebih jauh lagi ke arah Sampoerna.
Malam ini, seperti biasa aku dan temanku menunggu bus 213 keramat ini.
-Bus pertama lewat-
 kami nggak berani naik karena posisi bus sudah miring ke arah kiri. Bayangkan betapa penuhnya penumpang, sampai menggandul di pintu.
-Bus kedua-
Hyaaah… ketutup sama kopaja 19 dan posisinya di tengah jalan dan sopirnya ngebut. Hopeless….
Nggak jadi naik juga…
-Bus ketiga-
Kami berdua sampai lari buat mengejar bus ini, dan tampaknya masih bisa masuk. Akhirnya kami pun masuk dengan terpaksa. Dan posisiku pun sudah di pintu alias “nge-gandol”. http://www.emocutez.comYa Allah, kalau bukan karena perlindungan-Mu, mungkin tanganku tidak akan mampu menahan tubuh ini.
Parahnya lagi, masih ada orang yang mau naik ke dalam bus ini meskipun situasinya sudah Over Load. Mereka nggak ngerti apa, ada cewek yang di pintu.. Ya Rabb.. udah kelewat batas kayaknya…
Seandainya temanku tadi nggak masuk bus, aku rela turun buat nunggu bus yang selanjutnya. Sampai si kernet bilang sama anak yang maksa naik, “udah nggak muat, jangan dipaksain. Gara-gara temen lo yang kemaren ada yang jatuh, kita kena panggil polisi. Udah nggak mau bayar juga, tetep maksa!” (red: ini bahasa yang sudah diperhalus oleh penulis; bahasa yang sebenarnya tidak pantas dituliskan ulang). http://www.emocutez.comAku kembali teringat pesan ibuku… “shalawat”.
Akhirnya, dengan memasrahkan diri dan membaca shalawat sepanjang perjalanan, aku bisa selamat sampai tujuan. Teringat kembali saat berjubel di dalam bus. Aku sempat melesetkan ke temenku kalau naik bus 213 ini serasa “menggadaikan tubuh” mungkin terkesan “kejam” banget perumpamaanya. Karena di dalam bus ini orang tidak akan sengaja bersentuhan kulit, bahkan badan. Ini juga yang membuat kurang nyaman sebenarnya, karena niatan orang kan beda-beda.http://www.emocutez.com Yaah… sepanjang ini yang bisa dilakukan hanya ber-husnudzon aja.. dan tidak punya niatan yang buruk insya allah akan tetap dijaga.
Disamping kesan kurang menyenangkan tentang bus 213 ini, ada juga cerita yang menarik karena bus 213 juga. Cerita ini berawal dari jalan Sudirman. Sebenarnya aku bukan tipe orang yang suka memperhatikan orang di dalam bus seperti ini (kecuali kalau lagi di busway..hehehe). http://www.emocutez.comCerita ini berawal dari adanya sosok seorang pria berkemeja putih yang berdiri di sebelahku. Nggak tau kenapa, pria itu tiba-tiba agak menengok ke arahku, mungkin dia merasa mengenal seseorang (posisi dimana aku memakai masker, karena emang lagi batuk). Karena ditengok, aku jadi penasaran juga..hehhe..
-Kesan pertama -
“wah, tinggi juga mas-mas ini. Lumayan kalau dilihat dari samping, hehehe..”http://www.emocutez.com
Tiba-tiba muncul pikiran iseng di benakku… dan akhirnya aku ajak obrol temanku yang berdiri di sebelah..
I : “Eh pit, coba lihat mas yang pake hem putih yang berdiri di sampingku. Wajahnya hampir mirip sama Siwon loh..”
P : “enggak ah.. lha wong beda gitu loh..”
I : “kan aku belum selesai ngomong, mirip kalau kamu ngelihatnya pake kacamata yang kacanya gambarnya Siwon…hehehhe”http://www.emocutez.com
P : “ya elaah… dasar”
I : “eh pit, tapi tingginya hampir sama loh, sama Siwon” (tetep… nggak mau beralih dari topik Siwon)
P : “kok bisa ngerti?”
I : “iyalaah… aku kan pernah foto sama gambarnya Siwon..hehhe. Tinggiku sepundaknya kayaknya”..
-Sesampainya di halte Taman Anggrek”
Aku dan temanku turun.. dan tanpa disadari ternyata mas “hem putih” juga turun di tempat yang sama. Nah lho…
Semakin penasaran, akhirnya aku juga mengamati pria “menarik” itu.. dan dia juga belok ke gang yang sama dengan tempat tinggalku di Jakarta..
#waah…dan akhirnya mas “hem putih” menjadi topik perbincangan di malam itu..
Dan sebelum tidur, aku sempat bilang “udah lah pit, nggak usah dipikirin… kalau Jodoh, pasti besok ketemu lagi”
http://www.emocutez.com
-Keesokan harinya-
Setelah pulang dari magang, aku dan temanku juga naik bus 213 menuju kosan. Sebenarnya si, aku sudah lupa percapakan bersama temanku di malam sebelumnya tentang mas “hem putih”.
Tapi, ada hal menarik yang membuat topik ini kembali dimunculkan. Aku kembali berdiri saat menumpang bus 213 ini dan aku menghadap jendela. Saat bus berhenti untuk menaikkan penumpang, secara tidak sengaja aku melihat sesosok pria yang “tampaknya” tidak asing bagiku, juga akan naik bus ini.

Apakaah dia?? Awalnya si, aku nggak yakin sama mas “hem putih”  itu. Saat bus agak kosong, aku nggak sengaja menengok ke belakang untuk mencari tempat duduk, dan sosok tadi juga tetap disana, memakai hem “merah marun”, dan postur tubuhnya juga sama seperti mas “hem putih”. Waaah….http://www.emocutez.com

Sesampainya di halte Taman Anggrek, aku ingin memastikan apakah benar dia merupakan mas ‘‘hem putih” kemaren. Dan pas belokan, aku iseng nengok ke belakang, dan sosok yang sama juga turun dan juga menengok ke arahku… Subhanallah.. Shock juga.. hahha.. ternyata memang benar dia orangnya…http://www.emocutez.com
Dan cuma dua kali kami berpapasan sama si mas “hem putih-merah”. Sampai sekarang, belum ada kesempatan untuk bertemu dengan beliau lagi…
Closing statement : Bagaimanapun kondisi busnya, yang penting punya peluang buat ketemu sama mas “hem putih-merah”…. Nah Lho… http://www.emocutez.com

Grogol, 17 April 2012


4 comments:

  1. Replies
    1. jangan-jangan dikira cerita misteri yo.. kkkkk

      Delete
  2. ndrooooo,,,,
    tak pikir opooo ngono sing 'sesuatu'
    -____-'''

    ReplyDelete
    Replies
    1. kkkkkkk....iku carane ben tulisan di woco uwong.. dadine judule ben gawe penasaran sek..
      terkesan seperti aku akan menceritakan sejarah bus 213... hihihihi

      Delete